Senin, 22 Agustus 2011

DAN OSMAN






Dan osman[11 pebruari 1963-23 november 1998]
Siapa sebenarnya dan osman?bagi seorang pemanjat tentu sangat tidak asing di dengarnya.kalau pun tidak,tentu di ragukan kepemanjatan tebingnya.
Dan osman merupakan inspirasi bagi pemanjat dunia.Ia adalah pemanjat dunia yang memiliki bakat yang luar biasa di kenal dengan gaya bebas"FREE SOLOING atau FREE SOLOING CLIMBING"Yaitu cara pemanjatan tanpa menggunakan alat bantu,baik beru tali/carmantel.mau pun peralatan rock climbing lainya..dalam dirinya terdapat darah india dan sedikit jepang.
Dia dan osman banyak memegang rekor dunia panjat.dia dipercaya untuk melatih marinir amerika serikat untuk latihan fisik dalam hal mountainering.dan juga karena skillnya itu dia juga sempat membintangi beberapa video rock climbing yang menyajikan free solo climbing.
Dia dan osman bahkan pernah di adu dengan seorang pemanjat handal di amerika yg lengkap dengan peralatan panjatnya,sedangkan dia tidak menggunakan alat pengaman sekalipun...al hasil hampir 200 meter dinding tebing dia selesaikan dalam waktu 5 menit,sedangkan pemanjat yang handal yg menggunakan peralatan perlu waktu 20 menit untuk menyelesaikannya.
Tragisnya dan osman meninggal pada 23 november 1998,setelah melakukan FREE PALL [Bunjee jumping].yang saat itu melakukan untuk yang kedua kalinya terjun bebas di Leaning tower di yosemite national park.
Investigasi yang di lakukan menyatakan bahwa pnyebab kematiannya adalah friksi pada tali yg digunakan karena perawatan yang kurang optimal dari pengaruh cuaca dan penggunaan.

Kini perjuangannya di teruskan oleh anaknya seorang wanita...
Selamat jalan dan osman...

Sabtu, 20 Agustus 2011

DEAN POTTER








Dean potter,
Lahir 18 januari 1972 dia merupakan pendaki bebas amerika,ALPINIST,BASE JUMPER,BASELINER &HIGHLINER yang sangat handal.
Dean potter menjadi sangat terkenal karena selalu berpenampilan hanya seorang diri,Ia mempunyai keberanian,kekuatan,kecepatan keseimbangan luar biasa,aksi ekstrimnya tak kenal rasa takut akan ketinggian,Dia sangat di hormati diantara komunitas olah raga ekstrim.
Dean potter,melintas tebing dengan berjalan di seutas tali tanpa alat pengan,di ketinggian 30,48 meter<100 kaki>YOSEMITE.US NATIONAL PARK.
Aksi-aksinya sering kali mengalami masalah dengan pihak ke amanan,tetapi selalu dengan enteng Dean potter berkata:"Tida ada alasan hukum buat saya untuk naik keatas sana...saya juga tidak melihat alasan moral...karena saya tidak merusaknya..."

Sumber:dari berbagai sumber

Jumat, 19 Agustus 2011

DINDING PEMANJATAN TERTINGGI DI DUNIA,DINDING EXCALIBUR
















Excalibur disini bukanlah nama pedang milik King Arthur, melainkan nama sebuah dinding panjat tertinggi di dunia. Excalibur mempunyai tinggi hampir 37 meter atau setara dengan 121 kaki. Dinding panjat tertinggi ini berada di kota Groningen, Belanda. Untuk dapat memanjat hingga ke punjak, pendaki harus bekerja extra keras, karena selain harus menempuh bentuk dinding yang melengkung, pendaki juga harus bisa mempertahankan stamina karena saking tingginya dinding tersebut. Excalibur ini memiliki salah satu bentuk aneh yang jarang dilihat pada dinding dinding panjat yang pernah
ada. Excalibur ini didesain sedemikian rupa untuk menambah tingkat kesulitan para pemanjat dinding, para pemanjat mungkin kesulitan untuk memilih sisi panjat agar memanjat dengan lebih mudah.

NORMAN EDWIN



Norman Edwin sosok pecinta olahraga petualang yg pernah ada di Indonesia, di kenal sebagai pribadi yg pemberani dan suka menolong oleh keluarga dan teman2nya sesama jurnalist Kompas, tempat terakhirnya bekerja. Norman tewas di usia 37 tahun bersama rekan satu teamnya Didiek Samsu Wahyu Triachdi saat pendakian Puncak Aconcagua (6969m), pegunungan yang membentang sepanjang perbatasan Chile – Argentina, saat itu ia tergabung dalam Seven Summit Expedition 1992 – Mapala UI. Didiek juga tercatat sebagai wartawan di Majalah Jakarta Jakarta. Indonesia berduka, musibah menimpa Expedisi Seven Summit pada pertengahan April 1992 merenggut dua orang pendaki terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Samsu Wahyu Triachdi. Media nasional dan international banyak meliput kejadian tewasnya dua pendaki ini. Norman saat itu memimpin Team Pecinta Alam Universitas Indonesia yang tergabung di Mapala UI dalam upayanya mendaki Puncak Aconcagua 6959- mtr Chile. Gunung yg disebut juga ‘The Devil’s Mountain’ karena faktor cuacanya tak bisa diprediksikan, sering kali badai salju melanda pegunungan selama berhari hari. Puncaknya dijadikan tujuan karena menjadi salah satu Puncak Tertinggi dalam Expedisi Tujuh Puncak Dunia Mapala UI. Berbekal pengetahuan dalam Penelusuran gua, Pendakian Gunung, Pelayaran, Arung Jeram serta sejumlah pengalaman Rescue di Irian Jaya, Kalimantan, Africa, Canada bahkan Himalaya, membentuk kecepatan dan kekuatan phisik pada dirinya yang telah bergabung di Mapala UI sejak tahun 1977. Sampai akhirnya terpilih menjadi Leader dalam Expedisi ini bersama Didiek, Rudy “Becak” Nurcahyo, Mohamad Fayez and Dian Hapsari, satu2nya wanita dalam team tersebut. Sebetulnya banyak meragukan kemampuan Norman, jauh hari sebelum Expedisi ini di mulai, namun pengalamannya selama 15 tahun dalam berpetualang serta menghadapi berbagai bahaya, diyakini membuatnya tetap berangkat. Saat expedisi berlangsung, badai salju menghantam Team ini dan akhirnya merenggut duet pendaki ini. Jenazah Didiek adalah yang pertama ditemukan pada tanggal 23 Maret atas laporan beberapa pendaki negara lain yang kebetulan melihat mereka berdua terakhir di ketinggian 6400m, beberapa ratus meter lagi sebelum Puncak. Dilaporkan pula saat itu, kondisi keduanya terlihat sangat kritis, beberapa jari Norman terkena Frosbite (Mati Beku karna Dingin) dan Didiek menderita Snow Blindness (Buta Salju) akibat pancaran sinar matahari yang berlebihan, memantul di hamparan salju dataran tinggi. Kemungkinan hal ini sangat mendekati karena Google (Kacamata Salju) yang dipakai Didiek rusak berat. Jenazah Norman ditemukan beberapa hari kemudian dan langsung diterbangkan ke Jakarta pada tanggal 21 April 1992. Spekulasi merebak melalui media massa bahwa kegagalan mereka juga diakibatkan karena minimnya pelaralatan yang dibawa. Aconcagua terpilih setelah Mapala UI merencanakan Expedisi Tujuh Puncak Dunia lainnya yaitu Cartenz Pyramid (4,884 meters) di Irian Jaya; McKinley (6,194 meters) di Alaska, Amerika Serikat; Kilimanjaro (5,894 meters) in Tanzania, Afrika; dan Elbrus (5,633 meters) di Uni Soviet, (sekarang Rusia). Setahun kemudian setelah tragedi ini, Mapala UI yang status keanggotaannya berlaku seumur hidup ini, mencoba mengirim kembali dua anggota lainnya yaitu Tantyo Bangun dan Ripto Mulyono untuk menyelesaikan pendakian sekelas Expedisi Aconcagua ke Vinson Massif (4,887 meters) di Kutub Selatan. Dan satu lagi Puncak Everest di Himalaya dengan nama Team Expedisi Universitas Indonesia, namun sayang kegagalan juga menimpa team ini. Dua kegagalan rupanya tidak menyurutkan semangat Mapala UI, karna puncak terakhirnya tetap dijadikan target bagi Expedisi Gabungan selanjutnya yang terdiri dari Mapala UI, Koppassus dan Wanadri. ‘Kami berusaha melakukan pendakian gabungan ke Everest tahun 1997 dan sukses, dua anggota team dari prajurit Koppassus yaitu Asmujiono dan Misirin berhasil mencapai Puncak Everest.’ ujar Rudy “Becak” Nurcahyo anggota Indonesian National Team to Everest yang juga kehilangan jarinya karna Frosbite di Expedisi Aconcagua. ‘Kami mencoba yang tebaik untuk mewujudkan itu semua.. dan saya percaya Norman dan Didiek pun akan tersenyum disana melihat keberhasilan Team Everest ini. walaupaun setelah tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi kemudian masa reformasi yang tak lama berselang. Keadaan ini otomatis ini menghambat Expedisi-expedisi selanjutnya yang telah direncanakan.. tambahnya. Bagi istri Norman, Karina serta Melati putrinya, sosok
hangat dan eksentrik Norman akan tetap menjadi kenangan yang takkan terlupakan. Semasa hidup, Melati selalu diajak serta dalam kegiatan alam bebas yang digeluti ayahnya itu, termasuk perjalanan ke Irian Jaya saat ia masih kecil. ‘Norman menjadi seorang petualang sejati dan sedikit bandingannya diantara pendaki-pendaki yang ada sekitar tahun 1970-80, dan Didiek adalah teman dekatnya. Ia tunjukkan rasa hormatnya kepada wanita dan yakin bahwa wanita dapat mengerjakan sesuatu yang lebih baik daripada pria, apalagi menyangkut faktor keselamatan, contohnya Penulusan Gua’ papar Karina yang dulu juga aktif dalam kegiatan alam bebas sekembalinya dari Australia dan mengambil kuliah lagi jurusan Arkeologi di Universitas Indonesia. ‘Norman pernah mengatakan, aktivis alam wanita cenderung lebih tenang, tidak mudah panik dan dapat mengatasi situasi darurat jika dibandingkan dengan pria. Bagi saya ia sangat humoris dan mempunyai semangat hidup yang tinggi. Begitu pula yg rasakan Melati, sifat ayahnya ini menurun kepadanya walaupun ia masih berusia remaja. Janganlah kita mencoba menaklukkan ganasnya alam, tapi belajarlah untuk menaklukkan ego serta mengetahui batasan diri kita sendiri, faktor ini adalah yang terpenting jika ingin menekuni olahraga beresiko tinggi’ ungkap Karina yang dulu juga ikut dalam team di Expedisi Cartenz Irian Jaya tahun 1981 dan saat ini telah menyelesaikan program Doctoralnya di Australian National University. Norman dan Didiek telah tiada, namun spiritnya kuat meresap di hati para pecinta olahraga alam bebas Indonesia. Penghargaan patut mereka terima atas keberanian dan semangat pantang menyerah, sehingga dapat dijadikan contoh bagi petualang2 muda lainnya yang masih ada.

HARUS DI HENTIKAN DAN HARUS DI PIKIRKAN


jutaan hektar hutan di babat secara brutal
bahkan kebakaran hutan hampir di jadikan sebuah tradisi,
bahaya banjir & kekeringan mengancam hewan liar juga
ekosistem yg ada.
bahkan masyarakat adat & lokal tersingkir.lahan menjadi
kritis mengakibatkan musnahnya keanekaragaman hayati sedangkan kehidupan di bumi belum seluruhnya terungkap
.....INI HARUS DI HENTIKAN...
bisakah kehidupan bumi dipertahankan?
adakah esok kita bisa melihat keanekaragaman hayati?
entahlah...
atau bahkan mungkin kelak memang benar benar tinggal cerita.. .....INI HARUS DI PIKIRKAN

ISTILAH CLIMBING

Cheater Stick ; Dapat secara kasar sebagi si tongkat
curang. adalah sejenis pengait yang dapat dihubungkan
dengan dengan runner/carabinner, dengan begini
pemanjat dapat melewatkan beberapa pengaman tetap

(hanger) Chiken Bolt ; Baut yang ditempatkan oleh pemanjat awal,
karena tak cukup berani memanjat suatu bagian tebing
tertentu tanpa tambahan baut tebing.

Cow's Tail ; Sling webbing atau prusik. ujung satunya
dikaitkan pada harness, ujung lainnnya dapat dikaitkan
pada runner/hanger untuk beristirahat

Daisy Chin ; Webbing sepanjang lebih kurang 1 m, yang
dijahit dan mempunyai beberapa loop sepanjang selebar
5 cm. Berguna untuk membebaskan runner dengan
mengaitkannnya pada runner. Kelebihannnya jarak dari
runner, dapat diatur sesuai kebutuhan.

Expanding ; Bentuk permukaan batuan tebing, biasnya
berupa serpihanyang meregang atau bergerak ketika
pengaman yang terpasang terbebani

Hanging Belay : Mengamankan pemanjat secara
menggantung, disebabkan karena tak adanya teras pada
tebing

Hauling : Menaikkan atau menurunkan peralatan dengan
sistem katrol menggunakan pulley. Biasanya dilakukan
dalm multipitch climbing, setelah leader menyelesaikan
satu tahapan pemanjatan

Jugging : Umum disebut ascending /prusikking. Tehnik
meniti tali dengan ascender.

Jump Testing : Metode menguji pengaman/runner yang
telah terpasang. Caranya dengan menempatkan etrir/
stirrup pada pengaman, kemudian injak loop terakhir,
sentakkan dengan lompatan-lompatan kecil

Manky/Dicey : Batu atau piton yang goyah dam
membahayakan. Pendulum : Gerakan mengayun secara horisontal.
Umumnya untuk perpindahan dari sisi tebing ke sisi
sampingnya, dikarenakan tak ada lagi cacat batuan yang
bisa dijadikan tumpuan pemanjatan. Portaledge : Sejenis velbed, yang digantung pada
pengaman/hanger. Berguna untuk beristirahat

Rivet : Sejenis sekrup dari baja, ditempatkan (diketuk
dengan palu tebing) ke dalam lubang tebing yang
datar, untuk menjepi rivet hanger. Lebih efesien dari baut
tebing, namun tak cukup aman dan kuat

Rivet Hanger : Kabel baja berbentuk dua loop yang
menyilang, dikaitkan pada rivet (baut tebing)

Rurp : Singkatan dari Realized Ultimate Reality Piton.
Sebentuk baja tipis sebesar perangko. Dipasang pada
celah sempit dan dangkal.

Siege Tactic : Tehnik pemanjatan multipitch (banyak
tahapan) menggunakan tali tetap (fixed rope). Pada
sistem ini perintis jalur dapat turun dan bermalam. Lalu
melakukan jugging/prusikking sampai titik terakhir yang
dicapai, kemudian melakukan lead climber lagi.

Single Push Tactic ; Kebalikan dari Siege Tactic, dimana
pemanjat bermalam pada titik terkahir, lalu
meneruskannnya

Stacking : Mengganjal /menumpuk beberapa piton,
berlawanan arah. Ini dilakukan karena celah terlalu lebar
untuk satu piton dan tak ada lagi titik yang dapat
dijadikan tumpuan pengaman

Tag Line : Tali yang digunakan untuk mengendalikan
haul bag (tas yang digunakan untuk membawa
peralatan) saat melakukan tehnik

hauling Tension Traverse : Memanjat bebas ke arah samping
dengan menegangkan (tension) tali panjat

Tie-Off : Webbing 0,5 inch yang dibuat lingkaran pendek
untuk dikaitkan pada piton yang masuk seluruhnya ke
dalam celah tebing. Sedang piton yang dilingkari disebut

tied-off Tenching : Membor atau memahat pada sudut tebing
yang polos (blank) untuk menempatkan

alluminium head
atau copperhead Zippering : Pemanjat terjatuh dan sebarisan pengaman/
runner tercabut atau terlepas dari posisinya